Trauma

"Anak nakal! Anak tak tahu diuntung!"

"Anak cengeng! Laki-laki tidak berguna!"

"Goblok! Setan!"

Disusul tangan kekar berambut lebat memukul tubuh dan kepala bocah laki-laki berambut ikal.

Tiba-tiba tangan Jojo menutup kedua telinga. Kepalanya menggeleng berkali-kali hingga keringat dingin membasahi tubuh kerempeng itu.

Laki-laki berambut ikal dengan kaca mata minus itu kemudian terjatuh dari tempat tidurnya. Tergeletak pingsan tanpa ada yang mengetahui. Dua jam kemudian terbangun tepat adzan subuh terdengar. Selalu ada percik darah di tangan atau kaosnya. Jojo selalu menangis melihat percikan darah itu. 

Kemudian laki-laki kerempeng itu bergegas ke kamar mandi. Di pundak tersampir handuk biru. Jojo mandi keramas untuk kemudian melangkah ke musola di ruangan lain apartemen Mentari.

Tidak banyak langkah yang keluar dari kamar-kamar menuju musola apartemen. Jojo bersyukur mendapat kamar selantai dengan musola. Jika kepalanya berdenyut sakit dia bisa dekat untuk segera menuju musola.

Seperti biasa selesai salat subuh Jojo melangkah turun dua lantai. Pintu kamar nomor 201 di ketuknya perlahan. Berulang-ulang hingga penghuninya terbangun lalu membukanya.

"Pagi Dona... salat subuh dulu," sapa Jojo.

"Iya, Jo. Nitip biasa ya?" Suara dan wajah khas terbangun mendadak. Setelah Jojo mengangguk Dona kembali menutup pintu kamarnya.

Jojo turun lebih ke bawah lagi. Di lantai satu ada kantin pagi yang sudah buka sebelum adzan subuh terdengar. Hanya menyediakan kopi, teh, dan bubur ayam.

Tak lama kantin itu menjadi penuh orang-orang. Suara seperti kumpulan lebah terdengar jelas, tapi apa yang sedang dibicarakan tidak begitu jelas diterima telinga Jojo.

"Mbak Janah, orang-orang membicarakan apa?" tanya Jojo pada pemilik kantin.

"Oh itu... ada pembunuhan lagi, Mas," jawab Mbak Janah.

"Iya, Mas. Ciri-ciri kematiannya masih sama dengan mayat yang ditemukan terakhir," sambung salah satu pembeli.

"Berarti lima bulan sudah ada lima orang dari apartemen ini yang mati dibunuh," sambung yang lain.

Wajah Jojo terlihat mengapas dengan cepat. Tiba-tiba kepalanya berat dan perutnya mual. Setelah membayar titipan Dona, Jojo segera keluar dari kantin yang ramai itu.

--------------------------------

#Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis ODOP7

#oktober
#nulisodop7

#OneDayOnePost

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah