Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Tugas RCO6 : Ulasan Tokoh Utama

Kumpulan Cerpen Terbaik dalam rangka agustusan ini menampilkan empat belas tulisan dari 14 penulis pilihan.  Karya mereka dibukukan karena tulisan mereka terpilihbyang terbaik dalam lomba menulis bertema Permainan Tradisional. Dengan tajuk : #OneIndonesia Let's Play & Stand Together.  Melihat tema tentang permainan tradisional maka ke empat belas tulisan di antologi cerpen ini berisi segala macam permaianan anak- anak zaman dulu sebelum gadget membunuh waktu ank-anak maupun orang dewasa. Seperti juga permainan tradisional ini sebenarnya juga dilakukan oleh orang dewasa, karena mereka dulu anak-anak yang telah memainkannya.  Dari ke empat belas cerpen di sini, aku paling tertarik dengan tokoh seorang bocah.perempuan bernama Yayuk. Tokoh yang ada di dalam tulisan Gendhuk. Bocah perempuan ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tetapi kaki kirinya yang tidak normal telah mwnyurutkan semangat dan rasa percaya diri di bawah seharusnya.  Semakin lama Yayuk semakin kurang percaya dir

Tugas kedua : Ulasan Buku sepi pun menari di tepi hari

Kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2004 berjudul : Sepi pun Menari di Tepi Hari ini benar-benar berbobot. Di samping nama lima belas penulis yang telah menulis enam belas cerpen di dalam buku ini, juga karena isi cerpen mereka yang pastinya benar-benar karya luar biasa. Pilihan tema masing-masing cerpen jelas dihubungkan sebuah benang merah hingga terbit antologi ini. Sebagimana kebiasaan Kompas dalam memilih cerpen-cerpen pilihan diundanglah seorang kritikus sastra dan pengajar pada Fakultas Ilmu Budaya dari Universitas Indonesia, Melani Budianta. Istri sastrawan terkenal, Eka Budianta ini diundang sebagai penulis tamu dan diminta membuat catatan dan analisa terhadap cerpen-cerpen pilihan tersebut.  Yang terlintas di benakku, bagaimana rasanya menganalisa tulisan-tulisan dari penulis-penulis hebat. Aah ... Masih jauh dari langkahku. Sejujurnya saya terlalu nekat jika berani memberi ulasan cerpen-cerpen di buku ini. Bukan juga karena sombong jika saya yang belum pernah menelurkan kar

Ulasan Cerpen : Sesuatu yang Merasuki Lemariku

Sesuatu yang Merasuki Lemariku          Karya : Sabrina Lasama Jujur judul tulisan ini membuat aku penasaran. Yang langsung muncul di benak adalah cerita ini pasti horor. (1) Unsur Intrinsik A. Tema Pemilihan judul yang menyatu dengan tema menurutku menarik. Biasanya kita mengetahui bahwa kerasukan itu terjadi pada manusia, pada makhluk hidup. Dan membayangkan sebuah benda mati kerasukan itu cukup membuat tersenyum. Senyum pujian untuk kreatifitas penulisnya.  B. Point of View / Sudut Pandang Dalam cerita ini penulis menempatkan diri sebagai orang pertama tunggal. Dari sudut pandang 'aku' sebagai tokoh yang bercerita tentang kakek yang meninggalkan warisan sebuah lemari tiga pintu dan kuno yang mana di dalamnya membawakisah tersendiri.  Penulis cukup rapi dan bagus memilih sudut pandang orang pertama tunggal. Dia tidak terjebak dalam tokoh maha tahu. Jadi penulis benar-benar mampu menunjukkan semua peristiwa di rumah itu dari apa yang hanya dapat 'aku' ketahui saja.  Pe

Biografi PJ Yah Dyah

Gambar
Gadis sederhana ini mempunyai semangat untuk berjuang yang tinggi. Ketertarikannya pada dunia literasi sudah terlihat sejak di bangku Sekolah Dasar.  Buku-buku bergambar menjadi kesukaannya. Seperti kebanyakan anak seusia itu. Tetapi gadis kecil ini mulai belajar menulis ketika duduk di bangku SMP. Itu terpacu dari kisah teman-temannya yang mulai mengenal asmara.  Meskipun setelah menjadi siswa di sebuah SMK gadis manis dalam kesederhanaannya ini tidak melanjutkan menulis. Tentu banyak tugas sekolah yang membutuhkan waktu lebih serius agar dapat lulus tepat waktu.   Bernama asli Dita Dyah Saraswati dengan nama pena Dyah Yuukita ini ternyata juga menyukai salju. Yang kemudian diletakkan pada nama pena yang dipakai yaotu Yuuki yang berarti salju. Putih dan lembutnya tentu mampu menimbulkan rasa nyaman dalam dingin.  Setelah vakum selama SMP, gadis kelahiran Jakarta, 10 Desember 1996 ini memulai lagi di dunia menulis pada tahun 2015. Dia mencari komunitas menulis untuk.menimba

Cinta (episode 5 - tantangan8)

Wisnu Aku harus mengejar Alfi. Wanita itu pantas mendapatkan masa depan. Pengorbanannya akan sia-sia jika tidak ada yang memberitahu.  "Alfi... Terima kasih sudah mau datang," kata Wisnu.  Alfi hanya  mengangguk sambil mengedarkan pandangan. "Merasa tidak asing dengan tempat ini?" Alfi kembali.menjawab dengan anggukan.  "Ohya, sila diminum."  Alfi pun mengangguk. Dan aku kehabisan kata.  "Om Wisnu mau bicara apa?" tanya Alfi. Wisnu terkejut dengan sikap Alfi yang tidak suka basa-basi, tapi segera mampu menguasai diri.  "Om akan bicara apa adanya. Kamu siap?"  Alfi menatapku. Ada kebingungan dan kehati-hatian dalam sorot matanya. Kemudian gadis itu mengangguk.  "Om tahu kamu sudah mengetahui perjodohan itu. Kamu tahu pasti itu untuk apa" Wisnu menatap Alfi. Gadis itu masih bersikap tenang.  "Tapi tahu kah kamu mengapa ibumu dinyatakan meninggal tapi jasadnya tidak pernah ditemukan?" Wisnu menatap Alfi lembut. Bagian y

Cinta (episode 4 - tantangan8)

Ayah Lou  Aku takut apa yang kupikirkan akan Alfi lakukan.  Dulu, aku menikahi Lina bukan karena menyayangi dan mencintainya, tapi lebih ingin membuktikan pada laki-laki di luar sana. Beberapa lamaran lelaki berjabatan tinggi ditolak Lina. Aku yang selama ini tidak pernah ditolak perempuan merasa tertantang untuk menaklukkan seorang wanita cantik tak berhijab yang suaminya sudah meninggal tujuh tahun lalu. Dan seorang gadis kecil yang lincah dan cerdas.  Sebelum aku bertemu Lina banyak cerita tentang wanita single parent yang tidak meladeni lelaki. Tetapi ada banyak juga pemberitaan miring tentang wanita cantik itu. Informasi-informasi itu memudahkan aku untuk membuat rencana.  Namun, sikap masih kujaga. Mengingat posisiku yang masih beristri dengan tiga orang anak. Meskipun sebenarnya pernikahanku sudah cacat. Aku mulai berpikir tentang sikapku selama ini yang tidak pernah kuat jika melihat perempuan seksi. Dan istriku yang berubah pendiam jika kumaki saat berniat menegur. Bahkan kuan

Cinta (episode 3 - tantangan8)

Alfi  Tidak bisa kupungkiri kabar dari Brian sangat menggembirakan. Selama ini rasa rindu ini sekuat tenaga sudah kutahan.  Ini hari ke lima Brian di sini, dan hari ini laki-laki yang sudah membuatku benar-benar jatuh cinta itu telah menelpon delapan kali.  Brian, aku juga ingin bertemu, tapi aku tidak mau kehilanganmu. Kamu laki-laki yang baik dan sangat menyayangi ibu dan Prita, adikmu.  Foto Brian dengan buku hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas ini akan selalu kusimpan di gawai. Baru tadi aku terima dengan pesan : tolong buka instagram, Al. Dan aku menjadi luluh melihat foto itu diunggah dengan caption : terima kasih untuk wanita yang selalu kusayang.  'Al, jika kamu sudah menemukan pria yang lebih baik dari aku, tolong kita bertemu sebentat agar buku ini bisa kukembalikan. Aku tidak ingin buku ini menghidupkan harapanku padamu.  Brian....  Andai kamu tahu perihnya hati ini. Hamparan rindu telah menyelimuti hati dengan rapi hingga tak mampu memalingkanku dari dirimu.  Akhi

Cinta (episode2 - tantangan8)

Ibu Luna. Sebenarnya Brian anak yang baik. Sejak papanya meninggal dia berhasil menjadi pelindung penghuni rumah. Jika dia belum bisa seperti Mas Yuda, itu wajar karena Brian masih terlalu muda ketika harus mengganti melakukan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan papanya. Tetapi aku dan Kinan merasa sangat terlindungi oleh Brian.  Tatapan redup anak lelakiku tiba-tiba menjadi bercahaya ketika meminta izin untuk keluar kota selama sepuluh hari. Ibu manapun akan merasa sangat bahagia melihat anak kebanggaannya merasakan kebahagiaan yang dinantinya selama ini.  "Ma, Ian akan ke Denpasar selama sepuluh hari. Ada tugas dari kantor."  "Lama amat, Mas? Berarti mama masih nunggu jawaban sepulangmu dari Denpasar?" Hati-hati sekali aku mengucapkan pertanyaan itu.  Sebenarnya aku tidak tega menyodorkan perjodohan ini. Bagaimana mungkin memaksa anak yang selalu mengorbankan kehidupan masa mudanya untuk menjaga ibu dan adik perempuannya harus pula dipilihkan istri? Itu sanga

Sumarti

"Mas... Mas Yoyok... Bangun, Mas!"  Seorang wanita sedang mengguncang tubuh pria yang tergeletak di kursi teras. Rambut kuncir kuda hampir menutupi wajah pria yang tergeletak saat kepala wanita itu mendekat di dada dengan menempelkan telinga.  "Alhamdulillah, masih ada detak," gumam wanita itu.  "Bertahan, Mas, aku akan membawamu ke rumah sakit."  Wanita itu berlari ke rumah pak Wiryo, tetangga yang memiliki mobil dan penolong. Tak lama wanita itu kembali ke rumah. Sambil menunggu pak Wiryo datang bersama Andik, anak lelakinya juga akan ikut pak Sus, sebagai sekretaris RT.  Setelah tiga laki-laki penolong muncul wanita itu segera membungkus tubuh pria di kursi teras dengan selimut.  "Astagfirullahalaaziim ... Kenapa pak Joko, Bu?" tanya pak Sus. "Saya sendiri kurang tahu penyebab pastinya. Sudah masuk minggu ketiga hari ini."  "Ayo, Ndik, kita angkat tubuh pak Joko ke mobil," seru pak Sus. "Sebentar, Pak, Andik baru mangg

Nini Buyut

Wanita berkebaya model kutubaru warna  polos itu belumlah terlalu tua. Kulit di tangan dan wajah masih kencang. Badannya saja masih tegap dan trengginas. Hanya rambut di kepala saja yang sering mengecoh orang soal usianya.  Tubuhnya membungkuk saat menyentuh kening seorang wanita yang sedang terbujur di tepi jalan di dekat hutan Ijo. Dari mulut tubuh wanita itu belepotan darah. Sebelum subuh tubuh itu akan menarik perhatian.  Rerimbunan pohon besar dan perdu begitu lebat memenuhi hamparan tanah yang luas. Tulisan berbunyi Hutan Ireng di sebuah papan berukuran 30x30 cm sengaja ditanam diantara pohon-pohon besar yang dekat dengan jalan beraspal itu.  Wanita berambut putih itu akhirnya melipat kedua lutut dan meletakkannya di atas tanah. Di samping tubuh yang membujur tangannya mengusap wajah tubuh terbujur. Perlahan disibaknya rambut yang menutupi wajah. Kemudian kedua tangan wanita berkebaya mengusap seluruh permukaan tubuh tanpa menyentuh tubuh yang terbujur. Bola mata wanita beruban m

Mulyanto

Laki-laki itu membungkuk dan menunduk untuk melewati pintu ruang tamu. Tubuhnya terlalu jangkung untuk rumah semi permanen itu. Raut wajahnya terlihat keruh. Seorang wanita berambut penuh uban sudah duduk beralas tikar di ruang tengah. Ada sebuah tembikar berisi air berwarna merah. Di sebelahnya lilin berdiameter tiga puluh sentimeter menyala. "Ni...." sapa laki-laki itu kemudian duduk bersila berhadapan dengan wanita itu.  "Mengapa Mbak Sum melakukan semua ini, Ni?" tanya laki-laki jangkung. Pertemuan seorang laki-laki jangkung dengan wanita beruban terjadi tiga tahun lalu. Wanita bertubuh kerempeng itu terserempet angkutan umum saat sedang menunggu angkutan lain yang biasa dia naik. Sore itu gerimis dan laki-lali jangkung menghentikan mobil sedan hitamnya lalu mengantar wanita itu sampai ke rumahnya.  Selama perjalanan wanita itu bertanya banyak hal. "Namamu siapa, Nak?"  "Mul, Bu. Mulyanto." "Nak Mul, panggil aku Nini saja," kata wan

Ibu

Aku, Widya, lahir dari rahim seorang wanita desa bernama Sumarti. Ibuku mempunyai delapan saudara. Tujuh wanita, anak kakek dan nenek terkecil bernama Om Mulyanto. Saat aku sekolah taman kanak-kanak hingga sekolah menengah, om Mul tinggal di rumah. Dia sekolah pembukuan, kalau zaman dulu biasa disebut SMEA alias Sekolah Menengah Ekonomi Atas. Om Mul pindah dari rumah ketika diterima bekerja di sebuah Badan Usaha Milik Negara dan ditempatkan di luar kota.  Sudah beberapa tahun aku tidak pernah bertemu adik ibu lagi. Tetapi hari ini aku melihat Om Mul sedang makan siang dengan perempuan yang setahuku bukan pacarnya yang dulu. Atau mungkin itu istrinya? Eh, tapi setahuku dia belum menikah, karena belum pernah terlihat ibu repot dengan tetekbengek keperluan melamar. Lalu perempuan itu? Hmmm... mungkin Om Mul sudah putus dengan mbak Hana. Ketika bulan berikutnya kembali bertemu Om Mul...dengan perempuan yang berbeda, aku mulai berpikir untuk menyapa. Ibu sangat menyayangi saudara laki-laki

Cinta (Episode1 - tantangan8)

Brian Bagaimana aku menerjemahkan rasa ini? Tepatnya pukul tujuh malam nanti aku berharap pertemuan dengan Alfi terjadi. Sudah beberapa kali rencana pertemuan tidak pernah dapat terwujud. Ada saja halangannya.  "Al, aku sudah di Denpasar, kita bisa bertemu, kan?" Gawai sengaja aku speaker on untuk mengimbangi suara lalulintas kendaraan di sekitar.  Waktu itu Alfi tidak bisa menemui kedatanganku. Untungnya dia mau menerima  video call. Meskipun sudah larut.   Percakapan terasa terlalu singkat mengingat rasa ingin bersua begitu mendesak. Lagian wanita yang sudah hampir dua tahun susah ditemui itu terlihat pucat dan lebih pendiam dari terakhir ketemu.  Yah, sekitar dua tahun yang lalu Alfi pamit dimutasi ke Bali. Denpasar, tepatnya. Selama itu hanya tiga kali aku dan Alfi berbincang. Hingga kali ini ada kesempatan membuatku menargetkan diri harus bertemu.   "Ada waktu satu minggu untuk kamu mengatur waktu agar kita bisa bertemu, Al." Permintaanku mungkin terdengar mere