Menikah (1)

"Wiiiik...!"

Suara langkah panjang-panjang menggema di sepanjang koridor. Kaki bersepatu pantovel warna cokelat tua itu membuka pintu kamar nomor 13. Yang dipanggil sedang duduk dengan kedua kali lurus di atas tempat tidur. Punggung wanita yang tangan kirinya masih dipasang infus itu jatuh pada sandaran ranjang.

"Ssstt...." Si empunya kamar meletakkan telunjuk ke bibir. Sebuah buku tergenggam di tangan satunya.

"Wik... kamu sudah tahu tentang Rendra?''
Perempuan yang baru datang itu menarik kursi satu-satunya di kamar itu mendekat di bagian kepala si sakit.

Yang ditanya hanya menggeleng sambil mengangkat bahu.

"Kamu nggak ingin tahu?"

"Nggak!" Jawaban singkat dan ketus.

"Wika! Rendra loh mencari kamu," seru perempuan bersepatu pantovel.

"Niken, tolong jangan cerita apapun tentang laki-laki itu." Si Sakit mulai marah. Terapi entah marah benar atau hanya menggertak Niken.

"Ndak bisa, Wik. Kamu harus tahu cerita yang sebenarnya dari pihak Rendra. Setelah itu terserah."

Wika terdiam lalu menggeser kakinya untuk memberi ruang pantat Niken yang meninggalkan kursi menuju tepi ranjang yang terbalut seperei serba putih.

Bayangan Rendra terakhir bekelebat di pelupuk mata Wika. Tampak jelas dari tatapan yang kosong berpaling ke jendela.

Tepat satu tahun hubungan jarak jauh Rendra datang ke rumah Wika dengan wajah sendu. Meskipun aslinya Rendra memang pendiam dan mahal senyum, tapi gurat sedih jelas di raut muka laki-laki berjambang itu. Rendra berpamitan untuk pergi selama tiga bulan ke rumah Oma di Belanda.

Tetapi dua minggu lalu berita itu menampar jantung Wika. Dan membuat keesokan hari perempuan ramping itu harus rawat inap di rumah sakit Siti Mahmudah.

Tidak mudah bagi seorang Wika untuk dapat menjalin hubungan dengan laki-laki. Begitu pun Rendra. Laki-laki pendiam berotak encer itu sangat tertutup. Hal luar biasa dia menyatakan ingin menjadi sahabat dekat pada Wika hanya untuk membuat ibunya bahagia.

-------------------
bersambung....

#Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis ODOP7.

#oktober
#nulisodop7.
#tokyo

#OneDayOnePost

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah