Menikah (2)

Wika

Jendela masih ku buka lebar. Yang Kung memang benar. Kain kasa yang selembut ini mampu menahan nyamuk untuk masuk dan melakukan konser di kamar.

"Uti, kamar depan harus dipasang kain kasa yang lembut."

"Untuk apa, Kung, toh kita ndak pernah membuka jendela malam-malam," bantah Yang Uti.

"Cucumu itu kan suka melongo di depan jendela kamar depan. Apalagi kalau mereka sudah remaja...." jawab Yang Kung.

"Ya jangan dibiarkan bengong malam-malam to, Kung," kata Yang Uti.

Perdebatan ringan antara dua orang yang saling menyayangi hingga gigi-gigi sudah ompong, rambut penuh uban, dan tentu kulit sudah keriput. Indahnya rencana Tuhan untuk Yang Kung dan Yang Uti.

Hari ini adalah bukti kebenaran perkataan Yang Kung. Aku selalu nangkring di jendela kamar depan jika liburan semester tidur di rumah orang tua ibu.

Seekor cicak dari tadi tak beranjak menjejak di kasa. Diam tanpa suara. Mungkin sedang menikmati indahnya langit disinari cahaya bulan yang hampir bulat bundar. Atau kah si cicak sedang menanti kabar kekasihnya. Siapa tahu sang angin akan menerbangkan rindu untuknya.

Sayangnya aku tidak dapat menikmati malam indah sepenuhnya. Separuh benakku mencari jawaban atas berita yang bertebaran di luar sana maupun yang menggantung di udara antara dua negara.

Aku tidak menyalahkan Rendra jika berita dari Ninok benar, karena anak memang wajib membahagiakan orang tuanya. Apalagi, mungkin, orang tua Rendra di masa muda sudah berjanji pada pasangan orang tua yang teman dekatnya untuk menjodohkan anak-anak mereka kelak. Atau memang Rendra sudah menyerah menungguku menyelesaikan strata dua di Indonesia tidak di negeri kincir angin.

Menghadapi keadaan ini membuat otakku menciut. Tidak ada celah untuk membuka pikiran. Kedua tangan kuusap ke wajah sambil ngucapkan kebesaran Asma NYA. Allahu Akbar....

Semoga Rendra akan melakukan apa yang sedang ku pikirkan.

-------------------------
bersambung

#Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis ODOP7

#oktober
#nulisodop7
#tokyo

#OneDayOnePost


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah