Jim
Sejauh ini senja kurang obyektif dalam memandang sesuatu. Dia seharusnya belajar bahwa tidak selalu kisah sedih mengantar kemunculannya. Hanya, harus ada cerita indah sebagai penyeimbang. Senja ini Jim sedang duduk di kedai kopi Arabica. Selalu saja cappucino menjadi kopi pilihannya di kala senggang. "Jim, sekali-kali coba kopi Arabica asli, heh?" Laki-laki berambut ikal meletakkan secangkir kopi di meja, satu cangkir lagi dipegangnya lalu duduk berhadapan dengan Jim. Sesekali ujung cangkir didekatkan mulut, ditiup lalu diseruput sedikit demi sedikit. "Kamu yakin, Jim?" "Ya,'' jawab Jim. Laki-laki itu menatap tepat di bola mata orang dihadapannya. "Kamu harus bisa mengubur masa lalumu," kata lelaki berambut ikal. "Itu butuh kekuatan besar," lanjut lelaki itu. Tatapan Jim tertuju pada pemain piano di ujung ruangan. Laki-laki bertubuh tambun dengan jas biru memainkan jemari dengan lincah. Cuping telinga Jim bergerak menangkap