Pak Kades yang Malang

Tidak.ada yang tahu apa yang akan kita alami besok. Manusia berusaha membuat rencana-rencana untuk kemajuan langkah ke depan. Tetapi dicesion maker tetaplah Yang Di Atas.

Berbagai tanda-tanda muncul sebagai peringatan bahwa kita perlu merevisi rencana-rencana tersebut. Masalahnya, belum tentu manusia mengerti arti tanda-tanda yang datang padanya. Memilah tanda yang datang dari Tuhan dengan tanda-tanda yang muncul karena ulah makhluk iseng lainnya. Bukankah di dalam al quran dikatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia dan makhluk lain? Dan setan pun bertekad untuk menggoda manusia.

Kisah ini di mulai ketika Parto meninggal dunia dan Parni hidup berdua dengan Joko Pitoyo, anak lelakinya. Parti tidak bisa memilih untuk tidak menjanda di usia dua puluh tujuh. Tuhan telah menorehkan pena di kanvas perjalanan seorang perempuan desa bernama Parniyah, alias Parni.

Wanita yang melahirkan Joko tidak cantik, juga tidak fashionable tetapi tahi lalat di dagu membuat senyum janda muda itu semanis semangka super tanpa biji. Merah dan rahum. Belum lagi wajah yang setiap pukul tiga dinihari tersiram air wudu itu terlihat bercahaya. Membuat mata laki-laki hidung belang manapun rela melakukan perjalanan jauh menuju desa Kembanganom demi berkenalan dengan seorang Parni.

"Nduk Parni, dicari pak Kades," seru Yu Darti. Wanita ini juga ditinggal suaminya dengan tiga anak. Cantik dan badannya sintal. Tetapi sedikit laki-laki yang mau berkenalan dengannya.

"Biarkan saja, Yu. Aku ndak mau nemui," jawab Parni.

"Loh, nduk ... Ini lho ada mainan buat tole." Yu Darti masih berusaha.

"Ndak, Yu, aku ndak mau menerima."

"Assalamualaikum... Dik Parni baru repot ya?" Tiba-tiba suara pak Kades sudah di belakang Yu Darti.

"Mboten, pak Kades. Ndak repot, tapi mau istirahat dulu," jawab Parni sehalus mungkin dan seserius mungkin.

"Loh... Jadi aku ganggu ya?" kata pak Kades.

"Nyuwun ngapunten, pak Kades, saya mohon maaf, saya ndak enak kalau pak Kades sering datang. Saya, kan ndak punya suami, Pak." Parni bersikap sangat hati-hati.

"Lah, tak pek bojo rak gelem... Jadi istriku ndak mau kamu," bisik pak Kades.

Yu Darti tidak beranjak dari sana. Dia tersenyum mendengar bisikan pak Kades yang tidak benar-benar berbisik.

"Mboten, Pak. Saya ndak memikirkan itu lagi," kata Parni. Parni memasang wajah lelah. Pura-pura menguap berkali-kali dan mata Parni menatap yu Darti memelas.

"Aku lupa ngeroki kamu, Par," seru yu Darti. Wajah Parni terlihat lega mendengar yu Darti tanggap dengan tatapannya.

"Sekali lagi, maaf, pak Kades. Saya tinggal masuk," kata Parni sambil menunduk.

"Yu, tolong dereke, dampingi pak Kades keluar ya?" pinta Parni.

Yu Darti mengangguk dan Parni melangkah masuk.  Setelah Parni tidak terlihat tiba-tiba pak Kades mendekatkan wajahnya ke wajah yu Darti.

"Darti, ingat janjimu, jika kamu tidak berhasil membujuk Parni, aku akan penjarakan kamu."

--------------------

#Tulisan ini dibuat untuk memenuhi ketentuan menulis ODOP7.

#nulisodop7
#oktober 

#OneDayOnePost

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah