Selamat Jalan, Suamiku

Sudah berlalu selama tujuh tahun.  Aku masih meletakkan sedap malam putih tegak di nisanmu. Jika boleh jujur, aku sangat membencimu saat itu. Entah mengapa rasa benci itu demikian banyak hingga memenuhi seluruh ringga di tubuh. Berpacu dengan aliran darah.

Sembilan tahun yang lalu kamu sudah mempersiapkan diri juga mempersiapkan mentalku. Tetapi kamu salah karena tidak  berhasil menguatkan mentalku. Kamu telah menanam pikiran negatif di diriku. Kamu telah menyeretku untuk melupakanmu. Kamu gagal membuat aku baik-baik saja.

Hari ini ulang tahunmu yang ke 44 tahun. Sudah tujuh kali aku menyandarkan bunga wangi kesukaanmu di nisan. Mungkin kamu sedang melihat aku di peristirahatanmu, seizin Tuhan tentu. Atau bahkan Tuhan sudah tidak mengijinkan kamu melihat tingkah polahku lagi. Karena sudah ada nama lain selain namamu.

Tetapi aku menemukan sesuatu yang selama ini kucari. Sebaris ruang hampa yang terselip di hati. Mengapa masih ada kamu di sana.

Selama tujuh kali aku meninggalkan nisanmu selalu waktu membantu kilasan masa itu untuk ingatan menjelajah ruangmu. Hingga di satu titik yang aku temukan semalam. Tepat pukul 12 saat aku mengucapkan selamat ulang tahun untukmu.

Kamu sudah tahu waktumu tidak lama. Wanita beranak satu itu hadir di langkah-langkah akhirmu di bumi. Langkah yang salah. Jarak yang memisahkan aku darimu tidak mampu memberi kesempatan untuk mengingatkan dua hal. Bahwa kamu melakukan itu agar aku tidak berlarut meratapi kepergianmu dan detik-detik akhir tidak kamu pasrahkan pada NYA.

Tuhan memanggilmu pulang, tapi lupa menyebut Asma NYA. Kamu lupa menegaskan imanmu.

Asyhadu Al Lailah Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadarrosulullah.

Kemudian kamu mendahuluiku dengan senyum damai di wajah.
Selamat jalan.... Semoga Tuhan mempertemukan kita kembali.

Innalillahi wa Innaillaihi rojiun.
----------------------------------------

#Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis ODOP7.

#oktober
#nulisodop7
#OneDayOnePost

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah