Menikah

Sudah satu minggu aku di rumah Uti. Semilir angin masih terasa sejuk. Suara debur ombak sayup terdengar jika malam begitu sepi. Aroma laut kadang mampir ke hidung terbawa embus angin di senja hari. Saat ini di rumah Uti benar-benar menentramkan. Menyingkirkan deru hasrat laju kota untuk sementara.

Infrastruktur yang digalakkan pemerintah belum menyentuh desa Menir tempat tinggal Uti dan Kung. Sebenarnya hampir tidak ada perubahan yang berarti. Atau memang masyarakat mempertahankan untuk tetap seperti ini? 

Rumah Kung rumah khas seorang lurah pada masa lalu. Halaman luas dengan pendopo di depan rumah induk. Juga tiga pilar yang menyangga bangunan seluas 400 m2 yang tidak cukup dalam pelukan tangan orang dewasa sekalipun. Kemudian ruang dapur di belakang terpisah dari rumah induk juga sangat luas. Ada dua kotak kolam yang masing-masing berisi ratusan ikan bandeng. Saat ini siap panen.

"Kungmu itu salah satu orang berpendidikan dan tidak sombong jadi beliau menang saat dicalonkan menjadi lurah. Otaknya encer," kata ibu.

Hampir setiap libur sekolah aku selalu ke rumah Kung dan Uti. Di samping masyarakatnya baik juga lingkungannya aman.

"Sebelum ada aturan dari pemerintah yang membatasi masa jabatan lurah,  Kungmu selalu dicalonkan dan selalu menang," kata ayahku. Dia anak kandung Kung dan Uti.

Kung memang idokaku. Hingga sekarang usiaku 28 tahun tubuh beliau masih sehat dan kuat untuk orang seumuran itu. Apalagi daya pikir dan kecerdasannya benar-benar masih bisa diajak bertanding di acara kuis siapa berani yang sekarang ada di stasiun tvri. Ada juga tanah seluas kurang lebih 1000 m2  yang berada di dekat pantai. Berjarak dua kilometer dari pantai dan ditanami pohon kelapa dan mangga. Dua buah bangunan semi permanen Kung bangun setinggi tiga meter di atas permukaan tanah.

"Kung, ini jika dikomersialkan pasti mendatangkan banyak uang loh." Suatu hari aku pernah mengusulkan.

"Tidak, Nduk. Kung tidak berpikir ke arah itu. Terlalu besar resikonya. Apalagi anak-anak sekarang kadang mudah terlena."

Sedikit banyak aku paham maksud Kung. Suasana rindang dan sepoi lambaian daun kelapa demikian banyak memang bisa saja membisikkan hal-hal penuh tantangan untuk kaum muda. Ada uji nyali terhadap emosi dan napsu darah muda.

"Nduk, kamu akan sampai kapan di sini?" Tiba-tiba Kung sudah berdiri di sampingku.

"Entahlah, Kung," jawabku.

"Ada sesuatu yang Kung lihat kau warisi dari Utimu," kata Kung.

Aku meraih lengan Kung. Kurebahkan kepala di pundak orang tua ayah. Kung mencium kepalaku.

"Nduk, kamu harus ikuti kata hatimu. Menikah adalah ibadah. Ingat itu."

Aku tidak menjawab. Tetapi genggaman di lengan Kung kupererat. Lengan Kung kucium. Kung pasti tersenyum mendapati kelakuanku.

"Kamu itu kadang keras, kadang romantis, kadang kekanankan dan hari ini perpaduan kekanankan dan kelembutan...." 

Lalu Kung terdiam. Aku menunggu kata-kata selanjutnya, tapi tak kunjung terdengar.

"Kung... apa maksudnya?" tanyaku.

"Maksudnya ... kamu mudah baper." Kung menatapku dengan wajah lucu.

"Kung...?"

Akhirnya kami terbahak memech sunyi hati. Menyingkirkan kebimbangan.

"Pulanglah. Atau Kung suruh laki-laki itu menjemput ke sini?"

"Ibu pasti ...." seruku.

Ibu pasti sudah menceritakan mengapa aku tiba-tiba ke rumah Uti dan satu minggu tidak berhubungan dengan gawai maupun komputer jinjing.

Kung merentangkan dua tangannya sambil mengangkat bahu.

"Tapi ini menikah, Kung...." Aku merajuk.

"Lalu?" Kung bereaksi hanya untuk memancingku mencurahkan isi hati terdalam.

"Yaaah... ini kan keputusan besar, Kung. Untuk sekali seumur hidup." Aku bermanja lagi.

"Tapi kamu harus hadapi, Nduk. Dia laki-laki yang menyintaimu."

"Kung tahu dari mana?"

"Kungmu ini laki-laki, Nduk, tahu laki-laki seperti apa yang serius dengan wanitanya."

Kali ini kubiarkan Kung menatapku dalam.

"Pulang, ajak dia ketemu kung."

---------------------------

#Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis ODOP7.

#OneDayOnePost
#oktober
#nulisodop7

Komentar

  1. Menyintaimu itu maksudnya mencintaimu kah

    BalasHapus
  2. Yakin ini hanya sampai disitu aja?
    Masih ada tipo, bisa di koreksi lagi.

    BalasHapus
  3. ...agak menggantung. Terus terang, saya mencari di kamus apa artinya idokaku. πŸ˜€πŸ˜€

    BalasHapus
  4. πŸ˜πŸ‘mengalir, hanya saja ada beberapa yg typo y

    BalasHapus
  5. T be continue saja ya, nanggung ini bacanya. Minta lanjutannya 😁

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah