Sebuah Narasi.

Sudah hampir sepuluh tahun aku meninggalkan rumah lama. Selama itu pula kubiarkan kosong. Dulu sempat aku sewakan dengan harga yang murah. Tetangga memang membicarakan murahnya harga sewa yang aku berikan. Alasanku sederhana saja, karena yang menyewa adalah tetangga sendiri yang masih belum punya rumah. Alih-alih membantu juga agar ada yang merawat rumah.

Namun, harapan tinggal keinginan. Yang menyewa rumah ternyata tidak seperti bayanganku. Tidak berpikir sama dengan yang kumaksud. Sewa pun tanpa surat perjanjian hitam di atas putih. Alasanku sama, membantu tetangga dan berharap penyewa tahu membalas bantuanku. Hanya sederhana permintaanku, cukup dirawat rumahku. Dibersihkan rumputnya, disapu dan dipel lantainya, dibersihkan kaca-kaca jendelanya, dibersihkan kamar mandinya, dapurnya .... Semua tidak terjadi.

Setelah dua tahun. Masa sewa mereka selesai. Meskipun ada rasa lega tapi juga bingung. Terus nanti siapa yang akan menjaga dan merawatnya. Aku pindah tempat kerja di luar propinsi bersama anakku. Tidak mungkin aku sering-sering menengok, apalagi untuk bersih-bersih karena aku hanya karyawan biasa yang punya waktu libur satu hari tiap minggu yaitu hari minggu itu sendiri. Beruntung Tuhan membuka jalan keluar kebingunganku. Tetangga samping rumah menawarkan diri menjaga dan merawat tanpa meninggali rumah tersebut. Setelah disepakati harga bulanan atas jasa tersebut aku pun menyerahkan satu kunci duplikat.

Sebenarnya penyewa masih merengek memohon untuk perpanjang satu tahun lagi. Tetapi aku sudah malas. Tidak cocok dengan caranya memperlakukan rumah.

Alhamdulillah masalah rumah teratasi. Dan hari ini, akhirnya kunci pintu depan kuputar. Pintu terbuka dan aroma rumah membangkitkan rindu. Kenangan manis dan kepedihan tersusun rapi di dalam. Perlahan kaki menapak lantai... menyapu pandangan di antara kokohnya dinding dengan tumpukan kenangan. Dengan sadar dan yakin ku bungkus kenangan-kenangan dalam satu wadah yang berjudul masa lalu.

Aku bersama gadis kecilku yang sudah dewasa menurut peraturan pemerintah kini sedang menikmati rindu. Mulai besok adalah libur panjang untukku. Pensiun kembali ke kampung halaman. Butuh beberapa hari untuk membersihkan dan merubah beberapa bagian rumah mungil ini. Termasuk merubah hak kepemilikan untuk gadis kecilku.



---------------------------

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis ODOP7.

#odop7

Komentar

  1. Aku sedih bacanya, krn jejak peninggalan ortu di kampung halaman dl sdh tdk ada,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah