Kami Sakit

Aku tidak diam!
Kami peduli, sangat.
Jarak terentang ribuan kilometer tidak mampu menjauhkan tekad.
Saudara-saudara yang gelisah oleh asap-asap yang tak berhati.
Berbagai cuitan meresahkan udara menggemuruh suara gemerisik di kuping.

Langit pingsan oleh hempasan awan putih yang melemahkan.
Aku di sini, tapi mata dan jiwa merasakan keresahan mereka, ketakutan akan pertumbuhan janin yang paling rentan, dan amarah yang tak mampu terluap membentuk keberanian yang tak terbayang.

Genangan di kelopak orang-orang seperti kami hanya mampu menggaung dzikir di tiap sujud.
Langkah kami terpasung oleh ketidakpunyaan, kepapaan.

Ada pihak yang seharusnya menaungi.
Kami dan aku adalah rakyat.
Yang di manapun tinggal selama masih wilayah Republik Indonesia mendapat perlindungan.
Lengan-lengan telah tersingsing merangsek maju,
Menuntut sebuah keadilan bagi seluruh rakyat.

Terima kasih, bapak Presiden menemani doa untuk sebuah hujan. 
Apapun bentuknya dibutuhkan Riau, termasuk gerakan jemarimu dalam dzikir malam.
Mereka sakit, kami juga sakit.

-----------------------

#Tulisan ini dibuat untuk melengkapi tantangan menulis ODOP7

#challenge
#september
#OneDayOnePost

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Ulasan Cerita Historical Fiction (Rara Mendut / Roro Mendut)

Biografi PJ Yah Dyah