Nini Buyut

Wanita berkebaya model kutubaru warna  polos itu belumlah terlalu tua. Kulit di tangan dan wajah masih kencang. Badannya saja masih tegap dan trengginas. Hanya rambut di kepala saja yang sering mengecoh orang soal usianya. 


Tubuhnya membungkuk saat menyentuh kening seorang wanita yang sedang terbujur di tepi jalan di dekat hutan Ijo. Dari mulut tubuh wanita itu belepotan darah. Sebelum subuh tubuh itu akan menarik perhatian. 

Rerimbunan pohon besar dan perdu begitu lebat memenuhi hamparan tanah yang luas. Tulisan berbunyi Hutan Ireng di sebuah papan berukuran 30x30 cm sengaja ditanam diantara pohon-pohon besar yang dekat dengan jalan beraspal itu. 


Wanita berambut putih itu akhirnya melipat kedua lutut dan meletakkannya di atas tanah. Di samping tubuh yang membujur tangannya mengusap wajah tubuh terbujur. Perlahan disibaknya rambut yang menutupi wajah. Kemudian kedua tangan wanita berkebaya mengusap seluruh permukaan tubuh tanpa menyentuh tubuh yang terbujur. Bola mata wanita beruban menatap tajam saat tangannya memegang pergelangan tangan tubuh membujur. Entah apa yang sedang dilakukannya, tapi wajah wanita beruban itu menunjukkan batin yang tidak diam. 


Tak lama seorang wanita lain hadir entah dari mana. Dengan kebaya berkutu baru dan kain yang membebat tubuhnya sebatas betis. Pakaian dua wanita aneh itu sama. 

"Nggih, Nini...?" Kalimat yang keluar seperti sebuah jawaban akan panggilan. 

"Mbok Darmi pegang kakinya," kata Nini Buyut. 

Wanita yang dipanggil Mbok Darmi menempatkan diri di posisi kaki tubuh yang terbujur. Keduanya memapah tubuh itu. Mereka merengkuh tubuh wanita itu layaknya akan diletakkan di atas drakbar di dekat mereka. Tetapi .... Blum! Dua wanita berkebaya lenyap. Mereka melaju menggunakan teleportasi. 



--------------------------------------
#Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan menulis ODOP7. 

#nopember 
#odop7 
#tokyo 

#OneDayOnePost 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Biografi PJ Yah Dyah

Kumpulan Puisi Terbit di Storial.co Karya Gendhuk Gandhes