Kumpulan Puisi Terbit di Storial.co Karya Gendhuk Gandhes

Ramadhan 2012

Hari ini, aku masih di bulan besar - MU

Hari ini... Hari kesembilan dalam ramadhan

Semua sendiku lunglai,

Langkahku gemetar,

Seruan asma - MU... Melemahkan hatiku

Beri aku waktu...

Beri aku kesempatan...

Sujudku hanya karena - MU...

***

Kamu Saat Ini

Aku masih selalu pandangi sosokmu,

Dan kutemukan jemarimu meloncat-loncat di atas meja, irama hatimu

Aku masih selalu pandangi jiwamu

Dan kutemukan riak di matamu

Aku masih selalu memandang langkahmu

Dan aku temukan ada yang melambat

Aku masih selalu pandangi tekadmu

Kutemukan dihampir ujungnya melemah

Aku masih ingin mengintip dibalik dadamu,

Akankah aku temukan hatimu yang masih merona

Akankah desah hidupmu menguatkan lekuk liku cintamu

Haruskah aku masih memikirkan tentang janjimu?

Haruskah aku menghampirimu dengan harapan itu?

Haruskah aku genggam kuat lenganmu karena melemahnya tautan jemari kita?

Haruskah aku berdiri berhadapan denganmu?

Untuk memastikan bahwa masih ada kita di jiwamu.

***

Waktu Itu

Ramadhan sudah selesai...

Masih terasa getar resahku, yang bila memasuki malam,

terasa sepi dan sendiri... kadang hadirkan takutku

Semua cerita yang pernah kau punya,

Semua hal yang pernah ku alami,

dalam kesendirianku...

masih dalam dekapan malam

Aku mau dengar suara kamu

Aku mau tatap hatimu

Aku hampir merasa mencium rindu

Tapi aku takut ada cinta di sana

Ramadhan sudah menjauh, ketika aku menengok

Ramadhan di sana juga masih jauh

Hhhhhhh ...

***

Ketika 'KAU' Sudah Memanggil

Pagi sudah hangat...

Senyummu masih merekah,meski tubuhmu terlihat lunglai,

Pagi yang sudah membuka senyummu, meski tidak terlalu manis

Yaaah... Pagi kau terlihat lunglai... Langkahmu terlihat berat tertatih

Kau rebahkan diri sejenak...

Disusul matahari mulai meninggi,

Rautmu pucat berkeringat...

Terasa dingin telapak tanganku mengusap keringatmu,

Hanya kedipan mata dan tatapan jauh kau jawab tanyaku

Tanganmu sudah tidak hangat digenggamanku,

Resahku mulai basah...

Kembali hanya tatapmu yang menerawang jauh menggugah rasa was-was...

Aku rengkuh tubuh rentamu... Ringan tanpa beban

Aku semakin resah ketika geliatmu mulai lemah...

Inginku teriak ketika dirimu harus kugendong...

banyak langkah setengah berlari di belakangku,

Sampai sebuah dragbar menyambut kami...

Kami dorong tubuhmu menuju ruang putih penuh lampu,

Terhenti langkah kami ketika kau harus masuk ruang terpisah,

Pikiran kami melayang entah kemana,

Antara rasa ,, jangan-jangan..."

dengan rasa ,, tidak mungkin..."

Bergelut rasa dan prasangka yang menakutkan,

Allahu Akbar...

Terasa irama di dadaku terdengar lebih memekakan telinga,

saat ku dengar irama mesin itu...

Irama tanpa nada...

Irama harapan yang menipis...

Tuuut... tuuut... tuuut...

Kombinasi irama detup jantung yang disambungkan dengan mesin itu...

Melemahkan jiwaku,

Membuyarkan sebagian anganku,

Rencana-rencana yang sudah pernah kau susun...

luruh satu-satu...

Aku terhempas keras ketika laki-laki berbaju putih berbalut jubah biru muda membuka pintu besar di depanku,

Allahu Akbar...!

Kenapa tiba-tiba semua rasaku lunglai?

Tanpa kendali tatapku basah lekat di raut wajah laki-laki berjubah putih,

Aku sudah tidak bisa mengartikan suara-suara di ruangan itu,

jerit, isak, tangis, takbir... semua membaur tak dapat menyentuh otakku,

Kedua tanganku menutup kedua telinga,

Menyusup kata....sayup-sayup aku dengar doa...

Innalillahi wainnalillahi roji'un...

Tuuuuuuuuuut ...

DIA telah panggil pulang dirimu..

***

Aku

Masih saja ada rasa berat yang kurasakan.

Sepertinya telah hadir penghuni baru,

dan mulai memperlihatkan kerlingnya,

Sepasang bola mata yang sebenarnya tidak aku butuhkan,

karena aku sudah mempunyai bola mata sipit yang indah

Bola mata itu terlihat hitam,

Bagaimana dia akan melihat keluar dengan terang jika bulatnya selalu menghitam,

Semakin lama terasa semakin pekat,

Setiap aku jengkel, setiap aku kecewa, selalu dia dalangnya,

Dan ketika aku marah yang tak bisa terucap, warna itu meredup dan terus meredup menjadi semakin pekat,

Saat aku di persimpangan antara rasa kecewa dengan rasa iba,

Kau pun sudah mulai mengintai sambil menggenggam sebentuk kekerasan kepala,

Aku takut kekuatan itu lebih besar dari rasa sabarku,

Aku takut kau akan datang bersama macam-macam warna tuamu,

Biru tuamu , hijau tuamu, merah tuamu, abu-abu tuamu,

Ngeri ..

Ada rasa lain yang tumbuh di diriku

Dan aku sangat membencinya!

***

Ramadhan 2017

Aku sudah menahan makan, minum,

Menahan segala nafsu,

Namun langkah masih terasa berat,

Aku sudah fokus di jalur-NYA

Khusus 29 hari bulan ini,

Sudah ku lalui hari ketiga,

Namun hati masih berat,

Dan aku masih bisa menangis di sujudku,

Tapi ada yang masih memberat di nurani,

Harapan di sepuluh hari terakhir semua menjadi ringan,

Agar selesai dengan benar-benar Fitri ...

*Sidoarjo, awal ramadan 2017

***



























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Biografi PJ Yah Dyah