Hazel dan Gretel

Aku tahu kalian sudah mengenal Hazel dan Gretel. Ada banyak versi tentang kisah hidup mereka. Di sini aku akan berusaha menemui dua orang kakak beradik yang terkenal itu. Mereka pasti sekarang sudah sangat dewasa, meskipun belum tua bener.

Mengingat pernah ada kabar bahwa kakak beradik itu sudah meninggal di hutan, ada ragu yang terselip ketika aku membuat rencana untuk mengunjungi mereka. Syukur ada kartu pos yang aku terima. Kartu pos bergambar foto Hanzel dan Gretel sedang tersenyum di depan rumah mereka inilah, yang membuatku akhirnya meluncur ke alamat mereka. Wanita muda yang menyambutku adalah Gretel. Cantik dengan senyum manisnya, tapi kenapa ada gurat kesedihan di wajahnya?

Gretel :
"Aku mengundangmu karena ada beberapa kabar yang beredar tentang kematian kami di hutan. Pasti kamu sudah tahu itu.

Banyak orang mengira kami lari ke hutan karena orangtua menyiksa kami dengan kejam. Kabur, melarikan diri  ke hutan dan menemukan rumah yang terbuat dari permen, yang dihuni seorang nenek sihir jahat dan juga seorang kanibal. Manusia penyuka daging manusia, terutama daging anak-anak, segar dan manis. Hahaaa...

Kami memang meninggalkan rumah orangtua....... Karena setelah beberapa minggu ibu meninggal, ayah mengalami kecelakaan. Pendarahan di kepala mengakibatkan ayah meninggal sebelum sampai di rumah sakit.Tapi kami kembali ke rumah ini. Rumah peninggalan orangtua yang harus kami rawat.

Awal kehidupan kami tanpa orangtua memang tidak mudah. Untung aku mempunyai kakak yang baik. Kak Hanzel sangat menyayangiku dan seorang laki-laki yang bertanggungjawab. Untuk membiayai kehidupan kami, kak Hanzel tiap pagi menebang kayu di hutan, dan esok harinya dijual ke pasar. Begitu seterusnya setiap hari.

Ohya, keberadaan rumah di tengah hutan itu benar adanya. Tetapi bukan rumah yang terbuat dari permen. Rumah itu terbuat dari kayu, didesain oleh orang yang berjiwa seni, hasilnya sangat artistik dan dihuni oleh seorang tukang kayu dan keluarganya, bukan nenek sihir.

Sekali waktu tukang kayu itu kakinya terluka, robek karena tersangkut jebakan harimau, dan Kak Hanzel membantu membawanya ke rumah sakit. Tukang kayu itu merasa Kak Hazel yang telah menyelamatkannya. Sejak saat itu kami menjadi akrab dengan keluarga tukang kayu itu.

Sekali waktu Kak Hazel diajari cara menebang kayu yang baik, menaksir umur pohon yang bagus untuk ditebang, dan cara membuat kayu menjadi sebuah partikel, kayu yang sudah diolah untuk dijadikan mebel seperti meja, lemari atau kursi. Kak Hanzel menangkap dengan cepat apa yang diajarkan tukang kayu itu. Sehingga tidak membutuhkan waktu lama pesanan membuat kursi, meja, ataupun lemari mulai mengalir. Berkat keahliannya itu kak Hanzel telah menjadi tukang kayu terkenal.

Kasih sayang Kak Hanzel demikian besar, sehingga aku tidak boleh kerja
jauh dari rumah. Jadilah aku menulis artikel dan cerita, kemudian aku kirim kebeberapa media. Syukur semua berjalan lancar. 

Sekali waktu Kak Hanzel hampir menikah. Namun satu bulan sebelum pernikahan, Kak Hanzel mengalami kecelakaan di hutan. Benturan di kepala membuat Kak Hanzel buta, dan calon pengantin wanita pergi meninggalkannya. Sejak saat itu, kakakku tidak mempunyai keinginan lagi untuk menikah. Hari-hari Kak Hanzel hanya kerja dan merawat aku."

"Gretel, kamu ngobrol dengan siapa?"  Terdengar suara laki-laki dari dalam, menuju keluar ke arah kami. Langkah kaki diiringi suara tongkat menyentuh benda-benda disekitarnya yang dilalui, akhirnya bisa aku lihat.

"Ada tamu, Kak. Aku yang mengundangnya."

Laki-laki ganteng dengan tongkat kecil pemandu langkahnya tersenyum dan mengangguk sambil menyorongkan telinga ke arah suara Gratel.  Aku membalas salam hormatnya.

"Sila dilanjut."  seakan dapat melihat kami, laki-laki itu meneruskan pertanyaannya, "Kamu udah buat minum untuk tamunya?"
"Sudah, Kak."
"Saya tinggal dulu ya."

"Kak Hanzel.......Jam segini biasanya dia akan memainkan piano. Lagu-lagu  Silhouette, The Shadow of Your Smile, dari Kenny G dan dari Mozart juga Beethoven, Fidelio, Marriage of Figaro, A Song of Joy."

Oh, dia Hanzel? Kok buta?
Hanzel duduk di depan piano tak jauh dari kami berbincang, jadi pasti dia mendengar perbincanganku dengan Gretel.

"Aku melihat kak Hanzel menikmati hidupnya, dan bahagia. Hingga suatu hari ada laki-laki yang melamarku, membuat Kak Hanzel menjadi pemurung, dan susah makan. Apalagi ketika suamiku mengajak pindah ke rumah baru, kak Hanzel langsung jatuh sakit dan harus opname selama satu bulan di rumahsakit.

Akhirnya aku dan suami mengalah untuk tinggal di rumah ini lagi. Kak Hanzel menjadi sangat manja padaku. Kadang aku merasa bahwa kakakku sepertinya sedang cemburu pada suamiku."

"Mama..." seorang anak perempuan yang belum genap lima tahun berlari kecil menggapai Gretel.

"Anakku....... usianya dua tahun ketika suamiku meninggal karena kecelakaan. Sekarang dia sudah hampir lima tahun. Kak Hanzel sangat menyayanginya, meskipun tidak pernah akur dengan suamiku.

Sekarang kamu sudah tahu, aku dan kakakku masih hidup. Kak Hanzel memang buta, dan aku hidup dengan gadis kecil tanpa suami, tetapi kami masih baik-baik saja."

-----

Akhirnya aku bisa mengetahui tentang keberadaan Hazel dan Gretel. Hazel batal menikah karena buta, dan Gretel sudah mempunyai seorang putri yang cantik, meskipun suaminya meninggal. Sekarang aku tahu, tidak ada bekas siksaan dari orang tua Hanzel dan Gretel.

Sudah hampir malam, aku akan pamit, tapi Gretel menyodorkan tiket kereta api executif untuk besok pukul 9 pagi. Tak sengaja lengan baju Gretel tercincing, dan aku melihat banyak goresan di situ. Ku tatap Gretel, namun dia segera menyingkir, mempersilakan aku istirahat karena besok akan melakukan perjalanan jauh.

-----

Hanzel dan gadis kecil anak Gretel, ikut mengantarku ke stasiun. Sebelum aku turun dari mobil mereka, Gretel masih diposisi pegang setir memberiku setumpuk kertas dan di lembar paling atas ada tulisan Hanzel vs Gretel.

Aku mengernyitkan dahi dan Gretel mengetahui reaksiku yang ingin menanyakan sesuatu. Dia lebih dulu memberi pesan.

"Ini cerita terbaruku, belum sempat aku bukukan."Gretel tersenyum sebelum melanjutkan pesannya.
"Kalau sempat, tolong dibukukan ya?."
"Pasti," jawabku membalas senyum manisnya. Aku melambaikan tangan pada gadis kecil yang duduk di pangkuan Hanzel.

Jarak antara stasiun kereta dengan tempat parkir terlalu jauh untuk jam yang sudah mendekati pukul sembilan. Sebelum sampai di teras stasiun aku membalikkan badan untuk melambai sekali lagi. Hey! Aku melihat Gretel menatapku nanar dengan air mata mengalir di pipinya. Tanganku batal melambai, dan aku harus melangkah meninggalkan ekspresi wajah Gratel yang mengganggu benakku.

Setelah melewati pemeriksaan tiket, aku segera mencari tempat duduk. Sudah tidak sabar aku untuk membaca kertas-kertas di tanganku. Gerbang dua, aku duduk dinomor 8. Nomor keberuntungan menurutku.

Judul tulisan Gretel di tanganku ini, Hanzel vs Gretel, kenapa mesti versus? Goresan ditangan Gretel, ekspresi wajah dan air mata wanita itu menyeret naluriku untuk segera membaca sinopsisnya.

Ups! Dadaku bergemuruh, sesak dan ingin teriak. Fakta apalagi ini?!

Aku sudah berbincang lama dengan Gretel di rumahnya, dan everything it's okay. T-tapi... Di sinopsis ini?

Hanzel yang buta sering kesurupan, bertingkah seperti perempuan, dan akan segera tidur setelah puas menyiksa Gretel. Ada bagian kutipan kata hati Gretel : Aku sangat takut jika suatu hari anakku disiksa juga. Tolong selamatkan anakku.

Segera aku cari sahabatku, nada sambung, tidak diangkat. Aku telepon sekali lagi... masih tidak diangat. Aku yakin sahabatku masih di rumah Rapunzel. Kirim pesan dulu, nanti aku akan telepon dia lagi.

~~~
Ulasan penulis,
Cerita dua kakak beradik yang terkenal ini sudah beredar beberapa versi, jadi penulis berusaha menggabungkan versi lain, sedikit. Eh, atau malah membuat versi baru ya? Heheee
Tapi penulis berusaha memberi identitas pada cerita ini, bahwa kalimat sekali waktu, adalah kalimat khas yang ada dicerita legenda dua kakak beradik itu.

Yang pasti, menulis cerita ini dengan deg-degan, agak berkecil hati, karena harus bersanding dengan nama besar seorang Mandala Padma.
Terimakasih sudah diberi kesempatan untuk memasang coretanku di storialmu, Padma.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumarti

Resensi Buku Hitam Putih karya Andriyana

Nini Buyut